LEBAK | Portalinformasinusantara.com — Program Lebak Hegar (Hijau, Elok, Giat, Aman, dan Ramah) kini menjadi topik hangat yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat dan para pemerhati lingkungan di Kabupaten Lebak, Banten. Diskusi publik itu semakin menarik setelah Abah Elang Mangkubumi, pengasuh Majlis Dzikir Padepokan Bumi Alit Pajajaran, dan Yudistira, aktivis Baralak Nusantara, menggelar pertemuan santai namun sarat makna di sekitar Balong Rancalentah, Rangkasbitung, pada awal pekan ini.
Pertemuan dua tokoh tersebut membahas polemik masuknya mobil pengangkut sampah dari Kabupaten Serang ke wilayah Lebak, yang sempat menimbulkan keresahan warga. Namun, Abah Elang memilih memandang persoalan itu secara berbeda.
“Sampah itu bukan persoalan, tapi justru bisa menjadi solusi,” ujar Abah Elang dengan tenang kepada wartawan Portalinformasinusantara.com, Senin (13/10/2025).
Abah Elang menegaskan, jika masyarakat mampu mengelola sampah secara bijak, maka limbah rumah tangga itu dapat memberi manfaat ekonomi dan sosial. “Kalau dikelola dengan baik, sampah bisa membawa maslahat dan bahkan bernilai ekonomis tinggi,” tuturnya.
Menurutnya, paradigma masyarakat perlu diubah. Selama ini, sampah kerap dianggap kotor, menjijikkan, dan sumber masalah. Padahal, di banyak daerah maju, pengelolaan sampah justru menjadi sumber pendapatan dan lapangan kerja baru.
“Bersih itu investasi. Selain investasi ekonomi, kebersihan juga memberikan dampak sosial yang besar — lingkungan sehat, masyarakat nyaman, dan hati pun tenang,” tegasnya.
Sampah Bisa Jadi Berkah: Dari Limbah Jadi Nilai Ekonomis
Dalam perbincangan tersebut, Abah Elang menyoroti pentingnya penerapan ekonomi sirkular (circular economy) — yaitu sistem yang menekankan daur ulang dan pemanfaatan kembali sampah agar tetap bernilai guna.
Ia memaparkan sejumlah contoh konkret:
Sampah organik dapat diolah menjadi kompos untuk mendukung sektor pertanian dan perkebunan lokal.
Sampah plastik bisa diubah menjadi paving block, bahan bangunan, atau produk kerajinan yang memiliki nilai jual.
Sampah non-organik lainnya dapat dikelola melalui bank sampah desa, yang sekaligus menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja baru.
Abah Elang meyakini, Program Lebak Hegar bisa menjadi gerbang perubahan perilaku masyarakat menuju kehidupan yang lebih bersih, sehat, dan ramah lingkungan.
Baralak: “Program Bersih Adalah Investasi Masa Depan
”Di sisi lain, Yudistira, aktivis Baralak Nusantara, menyambut baik gagasan Abah Elang dan menilai Program Lebak Hegar sebagai solusi konkret bagi masalah persampahan di daerah.
“Program Lebak Hegar ini, insya Allah, akan memberikan solusi nyata,” ujarnya optimistis.
Ia menekankan bahwa penyelesaian masalah sampah tidak cukup dengan keluhan atau kemarahan, melainkan melalui gerakan kolektif yang terarah.
“Masalah sampah tidak cukup diselesaikan dengan marah atau menyalahkan. Kita harus bergerak bersama untuk mengelola dan memanfaatkannya dengan benar,” sambungnya.
Menurut Yudistira, konsep ‘bersih adalah investasi’ harus menjadi nilai dasar dalam gerakan sosial di tingkat masyarakat. Pemerintah daerah, komunitas, dan warga, kata dia, perlu berkolaborasi agar sampah tidak lagi menjadi masalah, melainkan sumber berkah.
“Kami mendorong agar Pemkab Lebak memberi ruang bagi inovasi warga, seperti bank sampah desa, pelatihan daur ulang, hingga insentif bagi pengelola lingkungan,” tambahnya.
Program Lebak Hegar dinilai bukan sekadar simbol kebersihan, tetapi juga cerminan semangat kolektif untuk menjadikan Lebak sebagai daerah yang hijau, elok, giat, aman, dan ramah — baik terhadap lingkungan maupun terhadap sesama.
Dengan kolaborasi antara tokoh masyarakat seperti Abah Elang, aktivis muda seperti Yudistira, dan dukungan pemerintah daerah, impian menjadikan Lebak sebagai kabupaten yang bersih, sehat, dan berdaya saing tinggi dinilai bukan hal yang mustahil.
“Kebersihan adalah bagian dari iman, dan pengelolaan sampah adalah bagian dari peradaban,” tutup Abah Elang sambil tersenyum bijak.