September adalah kabar kelam di mana tragedi-tragedi besar terjadi menyakut pengaruh HakAsasi Manusia di pertaruhkan. Dalam keterangan yang menghenyak banyak kepala, sejatinyaDe Facto akan kemerdekaan Bangsa ini sudah diakui selepas Pidato Sultan Sahjrir di hadapan Dewan Keamanan PBB, New York Amerika Serikat. Atau bisa jadi selepas perjanjianLinggarjati, Kuningan Jawa Barat, yang mana banyak kepala di Bangsa ini melihatperundingan itu sebagai kegagalan menghendak kepada keinginan Koloni Belanda untukkembali menjajah.
Terlepas De Facto yang kita pahami sudah terjadi puluhan tahun silam, nyatanya De Jurebelum didapatkan secara adil di Bangsa ini. Bangsa ini gagal melawan stigma mengakar Koloni di mana peran kepentingan Pribada dan/atau Kelompok didahulukan dibandingkepentingan Rakyat secara menyeluruh. Kemiskanan, Pengagguran dan ketidakpastian untukbertahan hidup di Negara ini mengakibatkan lahirnya kesadaran dalam tubuh PemudaIndonesia untuk melakukan penyegaran bernama Rekonstruksi Total.
September 2024, menjelang pelantikan Presidan dan Wakil Presiden terpilih pasca pesta Demokrasi Pemilu dan Pilpres di bulan Februari lalu. Arus kegelapan kembali melanda banyak mata, si pemenang adalah salah satu tokoh utama di balik kejadian tragis 94-99 atau 25-30 tahun silam.
Hak Asasi yang terkuat dan menyeret beberapa nama seperti Mentri Pertahanan dan Presiden terpilih hari ini menyibak duka dan ketakutan oleh sebagian besar Aktivis yang mengalami kekerasan secara Verbal atau non verbal. Banyak dari mereka yang mengungkapkan kegelisahan dengan sirine “Mari bersiap menyambut era kekerasan kembali”, entah ini hanya idiom yang dibuat atau keseriusan melihat otoritas yang menjabat.
Hari ini 2024, tahun menggemparkan menuju Pilkada serentak. Semua Partai Politik bersaing menjemput massa dan menebar sumpah serapah menghendaki agar gerbong kepentingan mereka menang. Tak lupa juga adalah penguasan alat Pemerintah oleh si pemengan dalam pesta yang di langsungkan sebelumnya, untuk memenangka kader Partai nya agar dapat memudahkan narasi kepentingan menjadi ilham realisasi memperkaya diri sendiri.
Saat peninjauan kembali mengenai seberapa mencekam nya pesta Demokrasi Pemilihan Kepala Daerah kali ini dapat Kentara di lihat dari dugaan pengOrganisiran ASN atau PNS di setiap daerah dengan dalih Instruksi Pusat. Banyak pihak yang akhirnya berjuang menciptakan kondisi kondusif pemilihan dengan motto yang sudah di tanam kan yaitu Pemilihan LUBERJURDIL.
Mereka yang tergabung dalam gerakan ini harus merelakan berjungan melawan kehendak Penguasa atau Rezim Pemenang. Pertikaian di mulai saat terkuak nya dugaan aliran dana Daerah sepersekian Triliun untuk pemenangan salah satu pasangan calon yang diusung oleh kubu Pemenang Pilpres.
Kendati demikian memasuki bulan November, suhu politik kian memanas. Setiap Aktivis yang bersuara lantang mulai di jemput dalam kediaman nya masing-masing, pun dialami oleh penulis.
Sepanjang Bulan November selepas melakukan Aksi Massa di beberapa titik yang di tentukan oleh Massa gerakan, runtutan ancaman dan penjemputan mulai dilakukan oleh pihak-pihak yang di rasa terganggu arah kepentingannya. 2 Desember 2024 adalah deklarasi awal Menjemput Perlawanan Rakyat akan ketidakpuasan terhadap Pilkada yang dinilai Abouse of Power.
Oleh: Hilmi Muhammad (Ketua Umum Forum Pemerhati Kebijakan koordinator Nasional)