Portal-Informasi, PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial and Trading Pertamina, memaparkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, khususnya jenis Solar subsidi.Solar subsidi adalah salah satu jenis BBM bersubsidi yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Selain itu, Solar subsidi juga memiliki harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan jenis BBM non-subsidi. Hal ini membuatnya menjadi pilihan utama bagi sebagian besar pengguna kendaraan bermotor.
Keberadaan Solar subsidi juga memberikan dampak positif terhadap penghematan anggaran keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan bahan bakar kendaraan.
BACA: PT Pertamina Sudah Kantungi Data Pembeli Elpigi 3 Kg Bersubsidi, Begini Penjelasannya
Meskipun begitu, perlu diingat bahwa penggunaan Solar subsidi juga perlu dilakukan secara bijak agar tidak terjadi penyalahgunaan atau pembelian dalam jumlah yang tidak wajar. Oleh karena itu, pemerintah terus mengawasi dan mengatur distribusi Solar subsidi untuk memastikan keberlanjutan program subsidi tersebut.
Dilansir dari CNBC Indonesia Direktur Pemasaran Regional PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra menyebut, dari total produk Solar yang dijual perusahaan, 95% merupakan Solar bersubsidi. Adapun realisasi penjualan BBM Solar sampai Juni 2024 tercatat mencapai 8,3 juta kilo liter (kl).
Di sisi lain, perusahaan juga telah berupaya mengendalikan kuota Solar bersubsidi melalui Program Subsidi Tepat MyPertamina, di mana konsumen harus mendaftar terlebih dahulu melalui aplikasi MyPertamina.
BACA: SPBE Kedapatan Kurangi Isi Tabung Elpigi 3 kg? Siap-Siap Pertamina Akan Cabut Ijinnya
Per 21 Juli 2024, Pertamina mencatat 9,4 juta kendaraan telah terdaftar untuk bisa mengonsumsi BBM Solar bersubsidi atau dijual dengan merek Biosolar. Jumlah kendaraan tersebut 29% dari total populasi kendaraan roda empat ke atas.
Dia menyebut, konsumen Biosolar di seluruh daerah di Indonesia telah menggunakan QR Code
“Demand ini terbentuk atas segmen-segmen siapa saja yang berhak mendapatkan subsidi. Nah, sepanjang demand ini atau segmentasinya ini tidak ada intervensi, ya berarti demand ini akan terus tumbuh. Itulah yang menyebabkan volume tumbuh terus,” kata dia dalam acara Coffee Morning CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
“Dengan pelaksanaan subsidi tepat, dapat memberikan benefit berupa data yang akuntabel, preventif penyalahgunaan, dan penerimaan yang tepat,” ujarnya.
BACA: Berapa Harga Elpigi 3 kg Kalau Tanpa Subsidi? Begini Penjelasan Komisi VII DPR RI
Besarnya porsi konsumsi BBM Solar bersubsidi ini tak lain juga karena jauhnya perbedaan harga antara Solar bersubsidi dan non subsidi.
Dibagian lain, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan bahwa harga BBM Solar subsidi saat ini masih dibanderol sebesar Rp 6.800 per liter. Sementara harga BBM Solar non subsidi seperti Dexlite harganya telah tembus sebesar Rp 14.550 per liter.
“Jadi subsidi Solar itu tidak sampai terhadap angka keekonomiannya Solar. Subsidinya kan hanya Rp 1.000/liter sekarang (harganya) Rp 6.800/liter. Kan harga Solar bukan Rp 7.800/liter. Lihat aja misalkan Dexlite lain, itu kan angkanya di Rp 13-14 ribu per liter. Nah sisanya itulah yang disebut kompensasi,” kata dia. (**/)
Respon (2)