LEBAK | PortalInformasiNusantara.com — Dunia pendidikan di Kabupaten Lebak kembali tercoreng. Insiden mengejutkan terjadi di lingkungan SMAN 1 Cimarga, pada Jumat (10/10/2025) siang, ketika seorang siswa kelas IX berinisial IN dilaporkan menjadi korban pemukulan brutal oleh Kepala Sekolah, Dini Fitria, S.Pd.
Menurut hasil penelusuran PortalInformasiNusantara.com di lapangan, insiden bermula ketika IN tertangkap sedang mengisap rokok saat jam istirahat. Kepala sekolah kemudian memanggil korban ke ruangannya untuk diberikan teguran. Namun, teguran itu berubah menjadi amukan fisik, ketika Dini Fitria diduga kehilangan kendali dan memukul korban berkali-kali hingga tak sadarkan diri.
Salah seorang saksi mata, yang merupakan teman sekelas korban, menuturkan bahwa suasana di ruang kepala sekolah mendadak mencekam.
“Dia (IN) dipanggil ke ruangan, tapi tiba-tiba digebukin sambil dikatain kasar. Kata-katanya juga gak pantas diucapkan sama seorang guru,” ujar saksi yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Kejadian itu memicu kepanikan dan kemarahan ratusan siswa. Mereka berhamburan keluar kelas dan menggelar aksi spontan di halaman sekolah, menolak segala bentuk kekerasan dalam pendidikan.Dengan suara lantang, para siswa meneriakkan tuntutan:
“Pindahkan kepala sekolah! Kami butuh bimbingan, bukan kekerasan!”
Aksi tersebut berlangsung damai, namun penuh emosi. Beberapa guru terlihat berusaha menenangkan situasi, sementara korban segera dilarikan ke Puskesmas Cimarga untuk mendapatkan perawatan medis akibat luka yang dialaminya.
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Dini Fitria, S.Pd, belum memberikan keterangan apapun. Upaya konfirmasi yang dilakukan oleh PortalInformasiNusantara.com juga belum mendapat respons dari pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
Sementara itu, sejumlah aktivis pendidikan di Kabupaten Lebak menilai tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Mereka mendesak agar Dinas Pendidikan segera menonaktifkan kepala sekolah dan membentuk tim investigasi independen untuk menelusuri dugaan kekerasan tersebut.
Salah satu aktivis pendidikan lokal menyampaikan:
“Kekerasan terhadap siswa merupakan pelanggaran berat terhadap kode etik pendidik. Sekolah seharusnya menjadi ruang pembinaan karakter, bukan tempat penindasan.”
Kasus ini kembali membuka luka lama tentang budaya kekerasan yang masih melekat dalam sistem pendidikan Indonesia. Praktik kekerasan, baik verbal maupun fisik, kerap disembunyikan di balik dalih pembinaan disiplin siswa.Publik kini menunggu tindakan tegas dari pemerintah daerah, agar kasus serupa tidak lagi mencoreng dunia pendidikan di Banten, khususnya di Kabupaten Lebak.
Respon (1)