LEBAK, PIN– Padepokan Bumi Alit Pajajaran menjadi pusat perhatian pada Sabtu (13/9/2025) saat digelarnya peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Dengan mengangkat tema “Meneguhkan Toleransi, Menjaga Kedaulatan Bangsa Menuju Indonesia Emas”, acara ini berlangsung khidmat dan meriah, serta dihadiri tokoh penting di Banten.
Turut hadir Gubernur Banten Andra Soni, Ketua DPRD Banten Fahmi Hakim, Sekretaris Daerah Provinsi Banten, hingga tokoh agama Taoisme, Taose Jhonny Tan. Kehadiran lintas tokoh ini menjadi simbol kuatnya semangat toleransi di tengah masyarakat Banten.
BACA: Gubernur Banten Andra Soni Resmikan RSUD Uwes Qorny Cilograng Kabupaten Lebak
Dalam sambutannya, Gubernur Andra Soni menegaskan pentingnya nilai ukhuwah islamiyah untuk memperkuat persatuan bangsa. Ia juga menyampaikan komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan gratis, layanan kesehatan, serta program kesejahteraan masyarakat.
“Pemerintah Provinsi Banten berkomitmen untuk membangun SDM dengan memberikan pelayanan terbaik di bidang pendidikan gratis, kesehatan, serta kesejahteraan masyarakat Banten,” ujar Andra.
Lebih lanjut, Gubernur memaparkan salah satu program unggulan, yakni Bang Andra (Bangun Jalan Desa Sejahtera). Program ini diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas warga pedesaan agar lebih produktif, berkualitas, dan sejahtera.
BACA: KH. Hasyim Asy’ari Sang Muassis NU, Tokoh Pergerakan Muslim Terbesar di NKRI, PP Pagar Nusa Gelar Acara Haul Hadratussyaikh
Kemeriahan peringatan semakin terasa saat dzikir dipimpin langsung oleh Pengasuh Padepokan Bumi Alit Pajajaran, Abah Elang Mangkubumi. Alunan dzikir menggema dan diikuti ratusan jamaah yang hadir. Seusai dzikir, Abah Elang mengajak seluruh hadirin untuk menjadikan nilai Pancasila sebagai pegangan hidup dalam menjaga persatuan.
“Siapapun pemimpin kita hari ini, itulah yang harus kita dukung. Jangan sampai ada perpecahan di antara kita sesama warga Banten,” tegas Abah Elang.
Acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Padepokan Bumi Alit Pajajaran ini bukan hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga pengingat akan pentingnya persatuan, toleransi, dan pembangunan menuju Indonesia Emas 2045. (red).
editor: Yudistira
