LEBAK – Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Banten, mendorong para petani untuk membudidayakan sayuran dataran rendah guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Menurut Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Dede Iskandar, permintaan pasar untuk sayuran dataran rendah saat ini sangat tinggi.
“Potensi Kabupaten Lebak sebagai daerah produksi sayuran dataran rendah masih belum tergali sepenuhnya,” kata Dede. Saat ini, hanya empat kecamatan yang menjadi penghasil produksi sayuran dataran rendah, yaitu Warunggunung, Cikulur, Rangkasbitung, dan Cibadak. Dede berharap 24 kecamatan lainnya dapat mengembangkan pertanian sayuran dataran rendah untuk memenuhi permintaan pasar di Banten, Jakarta, dan Jawa Barat.
Dede Supriatna, seorang petani di Warunggunung, mengatakan bahwa dirinya telah berhasil memasok sayuran dataran rendah seperti peria, timun, oyong, kacang panjang, terong, dan kukuk ke Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang, dan Pasar Rangkasbitung. Dengan lahan seluas 4 hektare, Dede dapat memproduksi sekitar 4 ton sayuran per hari saat panen dan menjualnya dengan harga rata-rata Rp6.000 per kilogram.
“Dengan produksi 4 ton per hari, saya dapat menghasilkan Rp24 juta per hari, dan dalam 10 hari masa panen, saya dapat menghasilkan Rp240 juta,” kata Dede. Rahmat, seorang petani lainnya, juga mengembangkan sayuran dataran rendah karena ada penampung yang siap membeli hasilnya. Ia dapat memproduksi 2 ton sayuran per hari dan menjualnya dengan harga rata-rata Rp6.000 per kilogram, sehingga menghasilkan Rp12 juta per hari.
Sementara itu, Supardi, seorang penampung sayuran, mengatakan bahwa dirinya telah belasan tahun menampung produksi sayuran dataran rendah dari petani Kabupaten Lebak dan memasoknya ke Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang. Saat ini, ia dapat memenuhi permintaan hingga 8 ton per hari.