SERANG | Portalinformasinusantara.com — Fajar baru tengah menyapa Banten. Di bawah kepemimpinan Andra Soni sebagai Gubernur Banten pertama di era baru, bersama Fahmi Hakim sebagai Ketua DPRD Provinsi Banten, harapan masyarakat untuk menghadirkan pemerintahan yang beradab, bersih, dan berpihak pada rakyat kembali menyala.
Tokoh spiritual dan budayawan Banten, Abah KH. Elang Mangkubumi, menilai arah pembangunan saat ini harus berpijak pada ruh kesultanan — bahwa kekuasaan adalah amanah, pembangunan adalah ibadah, dan rakyat adalah sumber legitimasi tertinggi.
“Banten bukan sekadar wilayah, tapi wasiat perjuangan. Dari doa para sultan, dari darah para pejuang, dan dari kejujuran rakyatnya yang sederhana,”
— Abah Elang Mangkubumi
Sejarah Banten tidak lahir dari sistem pemerintahan modern, melainkan dari peradaban kesultanan yang berakar pada iman, ilmu, dan keadilan.
Dari Sultan Maulana Hasanuddin hingga Sultan Ageng Tirtayasa, Banten dikenal sebagai pusat perdagangan internasional sekaligus pusat moral dan kebudayaan Islam di Nusantara.
Abah Elang menegaskan, warisan tersebut bukan sekadar kenangan sejarah, melainkan fondasi nilai yang harus dihidupkan kembali dalam setiap kebijakan publik dan pembangunan daerah.
Bagi Abah Elang, duet kepemimpinan Andra Soni–Fahmi Hakim merupakan momentum lahirnya kembali semangat perjuangan rakyat Banten. Tantangan yang dihadapi bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga tanggung jawab moral dan sejarah untuk menegakkan kembali marwah Banten sebagai tanah yang berdaulat dan berkeadilan.
“Pemimpin sejati adalah mereka yang menyatukan keberanian para sultan, kebijaksanaan ulama, dan profesionalitas zaman,” tegasnya.
Program Unggulan: Menghidupkan Warisan Sejarah
Abah Elang menilai, arah kebijakan dan program unggulan Gubernur Andra Soni menunjukkan tekad untuk membangun Banten dengan akar sejarah dan moralitas kesultanan. Beberapa langkah strategis antara lain:
- Revitalisasi Pendidikan dan Pesantren
Menghidupkan semangat Maulana Hasanuddin dengan memperkuat pesantren, madrasah, dan pendidikan karakter sebagai pusat peradaban ilmu dan akhlak. - Pembangunan Ekonomi Berkeadilan
Seperti kejayaan Kesultanan Banten yang berlandaskan kejujuran dagang, pemerintahan kini menekankan pemberdayaan UMKM, penciptaan lapangan kerja, dan ekonomi rakyat yang bermoral. - Reformasi Birokrasi dan Pemerintahan Bersih
Meneladani Sultan Ageng Tirtayasa, tata kelola pemerintahan diarahkan pada transparansi, efisiensi, dan tanggung jawab publik. - Pelestarian Warisan Budaya dan Keagamaan
Revitalisasi situs kesultanan, masjid bersejarah, dan tradisi lokal menjadi bentuk konkret memperkuat nilai Islam dan nasionalisme Banten. - Pemerataan Infrastruktur Rakyat
Pembangunan diarahkan ke desa, pesisir, dan pelosok agar kemajuan tidak hanya dirasakan oleh kota, tetapi juga rakyat kecil.
“Program bukan sekadar kerja, tapi wasilah pengabdian. Dan pengabdian sejati adalah yang berpihak pada rakyat kecil,”
— Abah Elang Mangkubumi
Dua Pilar Kepemimpinan: Pemerintah dan Nurani
Menurut Abah Elang, keberhasilan pemerintahan daerah bergantung pada keselarasan dua pilar: eksekutif dan legislatif.
Gubernur menjadi pelaksana kebijakan, sementara DPRD bertugas menjaga nurani publik.
“Andra Soni membawa arah, Fahmi Hakim menjaga nurani. Bila keduanya seirama, Banten akan kuat dan beradab,” ujarnya.
Bagi Abah Elang, kepemimpinan baru di Banten bukan sekadar pergantian jabatan, tetapi kelahiran peradaban baru yang meneladani Sultan Ageng Tirtayasa, menghormati ulama, dan memuliakan rakyat.
“Banten tidak butuh pemimpin yang berkuasa, tapi pemimpin yang beradab,”
— Abah Elang Mangkubumi,
Dewan Khos PP PSNU Pagar Nusa.
Editor | Portalinformasinusantara.com











